Example floating
Example floating
Artikel

Shalat Itu Gak Berat, Kalau Hati Ikut Di Dalamnya

41
×

Shalat Itu Gak Berat, Kalau Hati Ikut Di Dalamnya

Share this article

Shalat terasa berat, jika tidak diawali dengan niat.

Shalat terasa membosankan, jika tidak didasari keikhlasan.

Kalimat ini lahir bukan dari teori, tapi dari perjalanan diri. Kadang-kadang kita merasa berat melangkah ke sajadah bukan karena malas, tapi karena hati belum kita ajak bicara. Niat belum kita hidupkan. Kita lupa bahwa shalat bukanlah sekedar rutinitas, tapi pertemuan. Pertemuan antara hamba dan Rabb-nya.

Oleh karena itu, mungkin bukan malas, tapi hati yang belum diajak bicara. Kadang tubuh sudah ingin bergerak, namun hati masih tertinggal. Maka jangan marah pada diri sendiri, tapi rangkul hatimu pelan-pelan. Ajak ia kembali mengenal sajadah.

Yang shalat bukan berarti sudah taat.

Yang belum shalat bukan berarti ahli maksiat.

Aku menulis ini bukan untuk membenarkan yang salah, tapi untuk mengingatkan bahwa setiap orang punya proses. Ada yang sedang belajar ikhlas dalam sujudnya, ada pula yang sedang menata niat agar bisa kembali shalat dengan hati yang hidup. Rasa berat itu bukan kegagalan, tapi pertanda. Tanda bahwa hati sedang mencari arah, dan Allah sedang memanggil dengan cara yang lembut.

Jangan mudah menilai, karena kita tidak tahu di mana Allah menutup perjalanan seseorang — di atas sajadah, atau di tengah jalan menuju ke sana.

Tapi satu hal yang pasti:

Setiap yang shalat, hati akan menjadi tenang.

Setiap yang shalat, hidupnya akan selamat.

Hati tenang itu bukan karena hidup tanpa masalah, tapi karena shalat. Terkadang masalah tak langsung hilang setelah kita shalat, tapi hati kita jadi kuat untuk menjalaninya. Shalat tidak membuat hidup tanpa cobaan, tapi membuat kita tidak sendirian dalam menghadapinya.

Aku pun pernah merasa berat untuk shalat — sampai tahu rahasianya: shalat itu gak berat, kalau hati ikut di dalamnya. Karena yang menjadikan ibadah hidup bukanlah gerakannya, namun kehadiran hati di dalam setiap takbir dan sujud.

Maka jika hari ini hatimu masih terasa berat untuk shalat, jangan menyerah. Mulailah dengan berdoa pada Allah,

Ya Allah, aku ingin mencintai-Mu lewat sujudku.

Pelan-pelan, bukan karena takut dosa, tapi karena rindu untuk dekat. Karena cinta yang tumbuh dari sujud itu berbeda — ia tidak menuntut balasan, hanya ingin diterima.

Mungkin dulu aku shalat karena takut dosa, tapi sekarang karena cinta. Karena pada akhirnya, yang membuat seseorang bertahan di atas sajadah bukan kewajiban… tapi cinta.
Cinta yang lahir di tengah sajadah,
dan rindu yang tersimpan di setiap sujud panjang malamnya.

 

PENULIS : Alvhi Peci_

@alvhipeci @seribupesancinta_

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *